Oleh: Ali Amril, Aktivis Gerakan Filantropi Dunia Islam dan Chairman AKSI (Aliansi Kemanusiaan Indonesia)
MediAKSI - Setiap tetes darah dari sembelihan hewan qurban kita yang mengalir ke bumi, sesungguhnya ia sedang mengangkasa ke langit. Ia senyap, sepi, tak bersuara, namun gegap gempita menyampaikan pesan yang kuat: bahwa kita masih memiliki "ruh yang bergegas" selaku hamba Allah. Yang mana seruan berqurban di salah satu firman-Nya, Allah letakkan beriringan dengan seruan sholat.
Qurban bukanlah sekadar rutinitas seremonial tahunan. Ia adalah ibadah yang melahirkan makna besar: cinta, tauhid, kepatuhan, pengorbanan, dan komitmen terhadap penghambaan kita. Qurban adalah seruan nurani dan panggilan peradaban, yang hanya dapat dijawab oleh kita yang masih memiliki hati yang hidup.
Qurban: Ibroh Cinta dan Ketauhidan dari Ibrahim 'Alaihis Salam, Sang Kekasih Allah
Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam adalah wujud paripurna dari manifestasi cinta, tauhid, kepatuhan, pengorbanan, dan komitmen. Ketika Allah memberikan perintah kepada Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya, beliau sama sekali tidak menyanggah dan melontarkan kata "mengapa", melainkan bertanya dengan derajat yang lebih tinggi, yaitu "untuk siapa". Inilah puncak dari cinta! Saat kehendak Allah menjadi satu-satunya alasan untuk mengisi kehidupan beserta seluruh aktivitas di dalamnya.
Qurban bukan soal seremoni menyembelih, namun tentang hati yang tulus. Bukan tentang unta, domba, kambing atau sapi, namun ia menegaskan tentang siapa dan apa diri kita, dalam hubungan kita dengan Allah. Maka setiap Qurban sesungguhnya melatih spiritual kita: menyembelih ego, membakar keangkuhan, dan mengokohkan cinta kita kepada Allah. Karenanya, Nabi kita Rasuulullah Muhammad S.A.W. sepanjang hidupnya tak pernah sekalipun tak berqurban hingga wafat.
Qurban dari Masa ke Masa: Dari Padang Gersang hingga Rimba Digital
Sejak masa Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam hingga rimba digital hari ini, Qurban tak akan pernah kehilangan maknanya. Ia hanyalah berubah bentuk, dari "benda tajam" untuk menyembelih di padang gersang, ke "klik berqurban" di rimba teknologi. Ruhnya tetap sama.
Kini, di tengah gegap gempita konten dan pencitraan, ada yang perlu kita jaga: Ruh berqurban tidak berubah menjadi hanya formalitas. Jangan sampai kita lebih sibuk mendokumentasikan hewan yang disembelih daripada memaknai qurban itu sendiri.
Gaza-Palestina: Secercah Cahaya di Tengah Reruntuhan dan Derita
Di Gaza-Palestina, aliran darah tak hanya berasal dari hewan qurban. Tapi dari anak-anak yang secara terang-benderang dibunuh di tengah ketidakwarasan diplomasi dunia, atas pembantaian etnis manusia di Palestina. Mereka kehilangan orang tua, dari ibu-ibu yang terusir dan melahirkan dalam camp-camp pengungsian, dari tubuh yang lelah namun masih menggenggam dan melangitkan doa.
Qurban di Gaza, Palestina adalah bukti bahwa Islam tak mengenal batas. Saat kita menyembelih di tempat nan damai, mereka menyembelih di tengah reruntuhan dan derita. Di tengah itu semua, kita masih dapat menyalakan secercah cahaya untuk mereka.
Melalui AKSI Qurban, mari kita kirimkan bukan hanya hewan dan daging Qurban, namun juga pesan kuat: "Kalian tidaklah sendiri. Kami bersama kalian!"
Pelosok Negeri: Ketika Daging Menjadi Momen Penantian Kemewahan Tahunan
Masih ada anak-anak dan keluarga di pelosok negeri tercinta ini, yang merasakan nikmatnya kemewahan daging hanya setahun sekali. Mereka menantikan kemewahan itu. Kadang mereka tak pernah tahu siapa yang mengirim qurban, namun mereka mengangkat tangan ke langit, dengan lirih mendoakan nama-nama yang bahkan tak pernah mereka kenal.
Qurban di tempat-tempat seperti pedalaman NTT, Sumatera, Sulawesi, dan desa-desa pelosok lainnya, bukan sekadar seremonial distribusi. Namun juga, ia adalah jembatan cinta, penyambung hati, dan pengingat kuat bahwa negeri ini sangat luas! Masih banyak yang membutuhkan kebaikan tangan kita.
Tak Semua Diuji dengan Kelapangan, Namun Setiap Kita Bisa Menyalakan Kebaikan
Tidak semua diantara kita, Allah berikan kemudahan untuk menunaikan ibadah qurban. Namun bukan berarti kita tak bisa ikut serta. Karena Allah selalu akan menilai dari setiap niat dan usaha kita.
Bagi yang belum Allah anugerahkan kelapangan untuk berqurban, ada jalan mulia yang selalu terbuka: sedekah daging. Satu, dua, hingga tiga genggam dari kita, bisa menjadi kemewahan kecil untuk mereka yang lama tak merasakannya. Di saat kita masih bisa membeli segelas kopi kekinian, dan nongkrong di kafe, artinya kita masih diberikan kesanggupan untuk menunaikannya.
Sebab, setiap kebaikan selalu Allah berikan jalan. Dan qurban pun bukan hanya tentang besar kecilnya sembelihan, tapi tentang seberapa besar cinta kita.
Qurban adalah Harapan yang Menghidupkan, Qurban adalah AKSI yang Menggerakkan
Di dunia yang saat ini semakin bising namun miskin empati bagi sebagian yang lain, Qurban adalah kanal, tempat cinta menemukan muaranya. Ia tidak memerlukan banyak teori, namun setiap darah sembelihan qurban yang menetes adalah AKSI nyata.
Melalui AKSI Qurban, kita lebih dari sekadar menunaikan syariat dan perintah Allah. Kita sedang berikhtiar membangun solidaritas. Menyampaikan cinta dan secercah cahaya untuk Palestina. Membawa harapan dan menyalakan kebaikan berkesinambungan ke pelosok negeri. Dan kita menegaskan bahwa Islam adalah Rahmatan lil 'Alamin.
Karena di balik tetesan darah sembelihan qurban kita: Ada harapan, ada AKSI, ada Palestina.