MediAKSI - Setelah kapal Madleen digagalkan di lautan Mediterania dan Global March to Gaza menjadi dentuman internasional yang menggetarkan Rafah, estafet nurani dunia tak akan pernah berhenti. Ia terus bergerak, mencari tanah-tanah yang masih menghimpun kegelisahan masyarakat dunia yang haus akan ketidakwarasan global.
Dan hari ini, tanah itu bernama Subang. Sebuah kota di salah satu jantung Jawa Barat yang tak sebesar ibukota, namun cukup besar untuk menampung gelombang cinta dan dentuman nurani atas penjajahan di Palestina. Dari sini, getaran lokal akan saling bersambut dari daerah ke daerah. Lebih dari getaran lokal, tapi menjadi bagian dari gelombang global yang terus menyala, dan tak boleh padam.
Gerakan Ini Murni Lahir dari Rahim Rakyat Subang
Diperkuat oleh Barisan Organisasi Masyarakat dan Umat
Dukungan Nyata dari Pemerintah Kabupaten Subang
Gerakan Rakyat Subang: Kolaborasi Terbuka untuk Seluruh Indonesia
Subang: Awal dari Gelombang dan episentrum getaran Jawa Barat dan Indonesia
AKSI Siap Menjadi Jembatan Estafet Nurani Nasional
Aksi Bela Palestina di Subang bukan hasil intervensi atau mobilisasi pihak luar. Ia bukan proyek, bukan pesanan. Ia Murni lahir dari rahim rakyat Subang sendiri. Dari tokoh-tokoh lokal yang tak lagi sanggup untuk diam. Dari para guru yang tak ingin mendidik anak-anak didiknya mewarisi ketidakpedulian. Dari para pemuda yang resah melihat dunia begitu dingin terhadap kondisi Gaza.
Inilah bentuk orisinal dari kesadaran rakyat. Ketika rakyat bergerak bukan karena murni dari gerakan, tapi karena dipanggil oleh nuraninya sendiri.
Gerakan ini tidak berdiri sendiri. Ia disangga oleh barisan masyarakat dan umat yang kokoh dan bersatu: Fatayat NU, NU, Muhammadiyah, PUI, DMI, MUI, dan lebih dari 100 elemen masyarakat lintas kalangan
Semua bergerak, semua bersatu, semua turun gunung, karena Palestina bukan isu satu golongan, tapi isu seluruh umat manusia yang menolak diam di hadapan kezaliman.
Yang lebih menguatkan dan mengharukan, solidaritas ini lebih dari sekedari gerakan solidaritas masyarakat sipil. Pemerintahan Kabupaten Subang berdiri di barisan terdepan. Bupati Subang, Reynaldi Putra Andita, Wakil Bupati Subang, Agus Masykur Rasyadi, Dan seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Subang, turun gunung, dan turun langsung, menyatu dalam gerakan solidaritas ini. Lebih dari sekadar dukungan simbolik, namun juga kehadiran yang menunjukkan bahwa ketika rakyat dan pemerintah berjalan beriringan, di situlah kekuatan perubahan menjadi aksi nyata.
Aksi nyata ini juga akan menjadi benchmark sinergisitas yang membangkitkan daya dorong luar biasa dari daerah. Dalam momentum ini, QUPRO Indonesia dan Aliansi Kemanusiaan Indonesia (AKSI) hadir langsung di Subang yang berkolaborasi erat dengan Yayasan Bina Masyarakat Berdaya (BMB), sebuah lembaga lokal yang memiliki akar kuat di masyarakat Subang.
Namun gerakan ini tak akan pernah berhenti di sini. Kolaborasi ini adalah model terbuka. Format yang siap direplikasi dan disesuaikan di seluruh penjuru negeri Indonesia. Gerakan ini menjadi milik siapa pun yang masih hidup nuraninya. Lembaga, komunitas, pesantren, kampus, atau pemerintahan daerah, semuanya dapat bergabung dan menyalakan obor yang sama.
Dari Subang, getaran ini akan menjalar daerah-daerah dan kota-kota yang masih menyimpan nurani untuk Palestina. Subang bukan akhir. Subang adalah awal. Ia adalah detak pertama dari jantung nurani Jawa Barat yang akan membangkitkan dentuman baru, dari desa-desa kecil hingga pusat-pusat kota besar.
Kami di AKSI siap memfasilitasi siapa pun, dari lembaga, komunitas, hingga pemerintah daerah, yang ingin menjadikan daerahnya sebagai pusat estafet nurani berikutnya. Gerakan ini bukan milik satu kelompok. Ia milik semua yang menolak diam.
Karena pada akhirnya, kita semua tetap akan memiliki pilihan: tetap diam dalam sunyi, atau bersuara dalam dentuman. Dan Subang telah memilih. Ia memilih untuk bersuara. Kini giliran kota-kota lain. Giliran kita semua!